Belasan perempuan duduk bersila di sebuah ruangan di bengkel kerajinan rotan Marto Putro Rotan di Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Jepara. Jari-jemari tangan mereka sibuk menganyam ranting rotan. Ada yang membuat kap lampu bermotif sarang burung, ada juga yang membuat tutup saji, rak koran, dan tempat buah.
Bengkel itu milik Subhi, 40 tahun. Sudah puluhan tahun dia menekuni kerajinan yang diwariskan kakek buyutnya itu. "Semua bisa kami kerjakan. Pembeli bebas memesan," kata Subhi dengan nada yakin.
Subhi tidak sedang berpromosi. Dia sangat percaya akan kemahiran anak buahnya membentuk berbagai perlengkapan dari rotan. Ini dibuktikan dengan aneka kerajinan yang dipajang di showroom di sebelah bengkelnya. Dalam ruangan etalase berukuran 4 x 6 meter itu, beragam bentuk kerajinan rotan dipajang. Berbagai jenis kap lampu, ayunan bayi menyerupai angsa, dan boks tempat cucian berbentuk penguin adalah contohnya.
Menurut Subhi, semua bentuk itu adalah hasil kreasinya sendiri. "Kalau modelnya monoton, pembeli bisa bosan," kata dia. Tidak jarang dia mengerjakan bentuk khusus yang dipesan pembeli. "Karena itu, saya katakan tadi, pembeli bebas memesan."
Kerajinan rotan di Jepara sudah berkembang sejak dulu. Kemunculannya hampir sama dengan kerajinan ukiran. Namun, seni ukir Jepara memang lebih populer dibanding rotan. Karena itu, Jepara sering disebut sebagai sentra kerajinan ukiran.